Anak jalanan yang banyak diketahui adalah anak yang mengais rezekinya dari hiruk pikuk jalanan, dan kebanyakan dari mereka sudah tidak mengenyam pendidikan lagi sesuai program pemerintah. Terkait dengan tidak mendapatkan pendidikan tersebutlah membuat anak jalanan berperilaku semaunya karena tuntutan keadaan yang memaksa mereka untuk bertahan hidup di jalanan. Anak jalanan didukung pula dari sikap orang tua yang cenderung mendorong anaknya untuk bekerja, sehingga banyak anak yang terpaksa meninggalkan sekolah. Anak lebih baik bekerja sehingga menghasilkan uang daripada harus pergi ke sekolah yang menghabiskan uang dan tidak menjanjikan masa depan kerja yang lebih baik. Karena hal seperti inilah yang dapat memunculkan hubungan eksploratif antara orangtua dan anak yang dapat menyebabkan anak tidak betah di rumah dan cenderung lari ke jalanan yang dirasa bebas.
Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia merupakan persoalan yang komplek. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi “masalah” bagi banyak pihak, keluarga, masyarakat, dan negara. Namun, perhatian terhadap nasib anak jalanan tampaknya belum begitu besar dan solusinya masih belum dapat membantu anak jalanan seutuhnya. Padahal mereka adalah saudara kita yang harus dilindungi, dijamin hak-haknya, sehingga tumbuh-kembang menjadi manusia dewasa yang bermanfaat, beradab dan bermasa depan cerah.
But, the problem is “Uang dari hasil yang didapatkan dari jalanan digunakan untuk apa?” , sebagian besar anak-anak jalanan menggunakan uang hasil kerjanya dengan hal-hal yang negatif. Seperti “nge-lem”, rokok, game online, juga permasalahan ‘premanisme’ dalam struktur marginal. Itu benar, saya pernah mewawancarai salah satu anak jalanan yang beroperasi sebagai pengamen yang mangkal di sekitar Sukasari Bogor. Anak tersebut menjawab, uang hasil keringatnya biasa digunakan untuk rokok dan game online. Setelah dipikir, apakah kalian rela memberi uang kepada anak jalanan, namun uang tersebut digunakan dengan hal-hal negatif? Saya rasa jawabannya tidak.
So, What Should We Do?
Tidak semua anak jalanan yang mengamen dan meminta uang menggunakan uangnya sebagai penyambung hidup. Terkadang uang hasil meminta-minta itu disetorkan kepada “bos”nya atau bahkan digunakan untuk membeli barang-barang yang tidak mendidik, seperti rokok atau lem. Saya menyarankan kepada masyarakat agar memberi selain uang kepada anak jalanan, seperti makanan atau minuman. Sehingga Diperukan kesadaran masyarakat akan bahaya pemberian uang kepada para anak jalanan karena adanya premanisme, penyalahgunaan uang oleh anak jalanan yang lebih memilih membeli rokok, ataupun bermain game online ke warnet daripada makanan atau hal-hal positif lainnya. Pendekatan-pendekatan dan pendidikan anak jalananpun harus tetap diperhatikan, khususnya pemerintah sebagai wakil rakyat.
No comments:
Post a Comment