Friday, January 13, 2012

Mencoba Belajar Dari Cacing dan Burung


Betullah sebutan bahwa manusia adalah makhluk yang paling sempurna, dan tidak ada keraguan atas pernyataan tersebut. Sebab Allah SWT sendiri sebagai pencipta mengatakan hal tersebut di dalam Al-Qur'an. Salah satu wujud kesempurnaan manusia adalah kreatif dalam berpikir juga selalu bisa mengambil pelajaran dari segala hal. Belajar dari kebaikan orang lain, kejahatan orang lain, keikhlasan orang-orang untuk berbagi senyum, harta, bahkan darah sekalipun, semua dapat membuat kita belajar sekalipun bukan dari buku. Pun belajar dari kesempurnaan ciptaan sang Khaliq, dari binatang atau tumbuhan, sepandai-pandai manusia dalam mengambil pelajaran.

Sedikit mengingat cerita lama tentang Burung dan Cacing, tidak terlalu asing, namun sering kali kita asing untuk mengingat dan mengambil pelajaran dari binatang kecil ini. Bila  kita  sedang  mengalami  kesulitan  hidup  karena  himpitan kebutuhan materi, maka cobalah sejenak kita ingat pada burung dan cacing.

Kita  lihat  burung  tiap  pagi  keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Tidak  terbayang sebelumnya kemana dan dimana ia harus mencari makanan yang diperlukan.  Karena itu, kadangkala sore hari ia pulang dengan perut kenyang dan  bisa  membawa  makanan  buat keluarganya, tapi kadang makanan itu hanya
cukup buat keluarganya, sementara ia harus puasa? Bahkan seringkali ia pulang tanpa membawa apa-apa buat keluarganya. Sehingga ia dan keluarganya harus berpuasa.

Meskipun  burung  lebih  sering  mengalami  kekurangan makanan karena tidak punya kantor tetap, apalagi setelah lahannya banyak yang dieksploitasi manusia (agan sadar dengan hal ini?), namun yang jelas kita nggak pernah melihat ada burung yang berusaha  untuk  bunuh  diri.  Kita  tidak  pernah  melihat ada burung yang tiba-tiba  menukik  membenturkan kepalanya ke batu cadas. Kita tidak pernah melihat  ada  burung  yang   tiba-tiba  menenggelamkan diri ke sungai. Kita tidak pernah melihat ada burung yang memilih meminum racun untuk mengakhiri penderitaannya. Kita lihat burung tetap optimis akan rezeki yang dijanjikan
Allah. Kita  lihat, walaupun kelaparan, tiap pagi ia tetap berkicau dengan merdunya.

Tampaknya burung menyadari benar bahwa demikianlah  hidup, suatu waktu berada  di atas dan di lain waktu terhempas ke bawah. Suatu waktu kelebihan dan  di  lain  waktu  kekurangan. Suatu waktu kekenyangan dan di lain waktu kelaparan.

Sekarang  marilah  kita  lihat  hewan  yang  lebih lemah dari burung, yaitu cacing. Kalau  kita  perhatikan,  binatang ini seolah-olah tidak mempunyai sarana  yang  layak untuk survive atau bertahan hidup. Ia tidak mempunyai kaki, tangan, tanduk atau bahkan mungkin ia juga tidak mempunyai mata dan telinga. Sesekali kita boleh bertanya pada ahli biologi atau orang-orang yang khusus belajar tentang cacing, bagaimana struktur tubuh cacing? dan sesempurna apakah cacing tanpa telinga, mata, kaki, dll? Setidaknya ini masih dapat membuat kita berpikir..

Tetapi ia adalah makhluk hidup juga dan, sama dengan makhluk hidup lainnya, ia mempunyai perut yang apabila tidak diisi maka ia akan mati. Tapi kita lihat, dengan segala keterbatasannya, cacing tidak pernah putus asa dan frustasi untuk mencari  rezeki yang telah dijanjikan Sang Khalik pada tiap makhluknya. Tidak pernah kita menyaksikan cacing yang membentur-benturkan kepalanya ke batu.

Sekarang  kita  lihat  manusia, lebih pantasnya melihat diri sendiri. Kalau  kita  bandingkan dengan burung atau cacing, maka sarana yang dimiliki manusia untuk mencari nafkah jauh lebih canggih, modern, dan senantiasa diperbaharui dengan perkembangan teknologi yang luar biasa pesatnya. Tetapi mengapa manusia  yang dibekali banyak kelebihan ini seringkali kalah dari burung atau cacing? Mengapa manusia banyak yang
putus asa, kemudian melakukan berbagai hal yang diharamkan oleh Rabb, mencuri, bahkan memilih bunuh diri menghadapi kesulitan yang dihadapi? Padahal rasa-rasanya belum pernah kita lihat cacing atau burung yang berusaha bunuh diri karena putus asa.

Sebab manusia terlalu sulit mengambil pelajaran..

Rupa-rupanya kita perlu banyak belajar dari burung dan cacing.

No comments:

Post a Comment